Profil Desa Tempurejo

Ketahui informasi secara rinci Desa Tempurejo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Tempurejo

Tentang Kami

Profil Desa Tempurejo, Kalibawang, Wonosobo. Kenali potensinya sebagai lumbung padi yang subur berkat lokasinya di pertemuan Sungai Bogowonto dan Medono, serta dinamika kehidupan masyarakat di antara berkah dan tantangan sungai.

  • Desa di Pertemuan Dua Sungai

    Nama dan identitas Desa Tempurejo berasal dari lokasinya yang sangat strategis di "tempuran" atau titik pertemuan dua sungai besar, yakni Sungai Bogowonto dan Sungai Medono.

  • Lumbung Padi Kecamatan Kalibawang

    Berbeda dengan desa-desa tetangganya di perbukitan, Tempurejo merupakan pusat pertanian sawah irigasi, berfungsi sebagai lumbung padi utama berkat kesuburan tanah aluvial dan ketersediaan air yang melimpah.

  • Hidup dalam Dualisme Sungai

    Kehidupan masyarakatnya ditandai oleh dualisme hubungan dengan sungai: sebagai sumber utama kemakmuran dan irigasi, sekaligus sebagai sumber potensi tantangan berupa bencana banjir pada musim-musim tertentu.

XM Broker

Di Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Wonosobo, terdapat sebuah desa yang namanya secara gamblang menceritakan takdir geografisnya: Desa Tempurejo. Berasal dari kata "Tempuran" yang berarti pertemuan dua sungai dan "Rejo" yang bermakna makmur, desa ini adalah perwujudan nyata dari berkah yang lahir dari titik temu. Di sinilah dua urat nadi air Wonosobo, Sungai Bogowonto yang perkasa dan Sungai Medono yang vital, menyatukan aliran mereka. Pertemuan ini menciptakan sebuah delta mini yang subur, menjadikan Tempurejo sebagai lumbung padi yang menghijau di tengah dominasi kebun buah dan hutan rakyat di sekitarnya.

"Tempuran" yang Membawa Berkah: Sejarah dan Asal-Usul Desa

Sejarah Desa Tempurejo tidak dapat dipisahkan dari kedua sungainya. Sejak zaman kuno, wilayah pertemuan sungai selalu menjadi lokasi yang sangat strategis untuk pemukiman. Kesuburan tanahnya yang luar biasa akibat endapan aluvial yang dibawa oleh kedua sungai menjadikannya lahan pertanian kelas satu. Ketersediaan air yang melimpah sepanjang tahun menjamin keberlangsungan hidup dan pertanian.Nama "Tempurejo" adalah sebuah penanda yang diberikan oleh para leluhur untuk menggambarkan anugerah ini. "Tempuran" adalah pengakuan atas sumber kehidupan mereka, sementara "Rejo" adalah doa dan bukti dari kemakmuran yang mereka nikmati dari pengelolaan sumber daya alam tersebut. Sejarah desa ini adalah narasi tentang bagaimana sebuah komunitas agraris tumbuh dan berkembang dengan memanfaatkan secara maksimal anugerah geografisnya yang unik, menjadikannya salah satu desa paling makmur di wilayahnya pada masa itu.

Geografi dan Demografi: Hidup di Jantung Lembah Aluvial

Desa Tempurejo menempati lanskap yang berbeda secara signifikan dari desa-desa lain di Kalibawang. Jika desa tetangganya berada di kontur perbukitan, Tempurejo justru berada di lembah yang relatif datar dan luas. Ini adalah dataran banjir (floodplain) yang terbentuk selama ribuan tahun oleh Sungai Bogowonto dan Medono. Lokasinya berada pada ketinggian rata-rata 200-300 meter di atas permukaan laut.Secara administratif, Desa Tempurejo memiliki luas wilayah sekitar 390 hektare. Batas-batas wilayahnya meliputi:

  • Berbatasan dengan Desa Karangsambung

  • Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Magelang

  • Berbatasan dengan Desa Kalikuning

  • Berbatasan dengan Desa Depok

Berdasarkan data kependudukan per September 2025, jumlah penduduk Desa Tempurejo diperkirakan sekitar 5.300 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.358 jiwa per kilometer persegi. Sebagian besar lahan di desa ini merupakan sawah irigasi, sebuah pemandangan yang kontras dengan kebun campuran di desa-desa sekitarnya.

Lumbung Padi Kalibawang: Dominasi Pertanian Sawah Irigasi

Pilar ekonomi utama yang mendefinisikan Desa Tempurejo adalah pertanian padi sawah. Desa ini berfungsi sebagai lumbung padi utama untuk Kecamatan Kalibawang dan sekitarnya. Berkah dari dua sungai memungkinkan desa ini memiliki sistem irigasi teknis yang andal, sehingga para petani dapat menanam padi sepanjang tahun dengan dua hingga tiga kali siklus panen.Siklus pertanian padi ini menjadi ritme utama kehidupan desa:

  • Pengolahan Lahan: Para petani membajak sawah mereka, mempersiapkan lahan lumpur yang subur untuk musim tanam baru.

  • Tanam (Tandur): Kaum perempuan biasanya mengambil peran utama dalam menanam bibit-bibit padi muda dalam barisan yang rapi.

  • Perawatan: Selama beberapa bulan, petani akan merawat tanaman padi mereka, memastikan pasokan air cukup dan mengendalikan hama.

  • Panen Raya: Ini adalah puncak dari siklus, di mana seluruh desa akan sibuk menuai padi yang menguning. Suasana gotong royong sangat terasa pada masa ini.

Hasil panen berupa gabah kering dari Tempurejo tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal, tetapi juga dipasok ke pasar-pasar yang lebih besar, menjadikannya kontributor penting bagi ketahanan pangan regional.

Berkah Lain dari Dua Sungai: Perikanan dan Sumber Daya Alam

Kemurahan alam di Desa Tempurejo tidak berhenti pada sawah yang subur. Kedua sungai juga memberikan berkah ekonomi lainnya:

  • Perikanan Darat: Banyak warga yang memanfaatkan aliran air untuk membuat kolam-kolam ikan air tawar, membudidayakan ikan nila, lele, atau gurami. Selain itu, aktivitas mencari ikan secara tradisional di sungai (menjala atau memancing) masih menjadi sumber protein dan pendapatan tambahan bagi sebagian warga.

  • Sumber Daya Galian C: Aliran sungai yang kuat membawa material pasir dan batu dari hulu. Aktivitas penambangan pasir dan batu (Galian C) secara terbatas menjadi sumber pekerjaan bagi sebagian warga, meskipun pengelolaannya memerlukan pengawasan ketat untuk mencegah kerusakan lingkungan.

Dinamika Sosial Masyarakat Petani Sawah

Komunitas petani sawah memiliki struktur sosial yang sangat terorganisasi, terutama dalam hal pengelolaan air. Lembaga seperti Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) memegang peran yang sangat vital. Melalui lembaga inilah jadwal pembagian air irigasi diatur, pemeliharaan saluran air dikoordinasikan dan konflik antarpetani terkait air diselesaikan secara musyawarah. Keberadaan P3A adalah bukti dari tingkat kerja sama dan organisasi sosial yang tinggi di Desa Tempurejo.Selain itu, tradisi agraris yang terkait dengan padi masih lestari. Upacara syukuran sederhana seperti slametan sebelum masa tanam atau sesudah panen menjadi ritual penting untuk mengungkapkan rasa syukur dan memohon keselamatan, memperkuat ikatan spiritual dan komunal di antara warga.

Tantangan Hidup di Antara Dua Sungai

Hidup di pertemuan dua sungai adalah sebuah dualisme. Di satu sisi, ia adalah sumber kemakmuran. Di sisi lain, ia menyimpan potensi ancaman yang signifikan. Tantangan utama bagi Desa Tempurejo adalah risiko bencana banjir. Pada puncak musim penghujan, ketika debit kedua sungai meningkat drastis, wilayah dataran rendah di Tempurejo menjadi sangat rentan tergenang. Banjir tidak hanya dapat merendam pemukiman, tetapi juga menghancurkan tanaman padi yang siap panen, menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar.Tantangan lainnya meliputi masalah lingkungan sungai. Pencemaran dari wilayah hulu dan praktik penambangan pasir yang tidak terkendali dapat menyebabkan degradasi kualitas air, pendangkalan sungai, dan kerusakan ekosistem tebing sungai, yang pada gilirannya dapat memperparah risiko banjir.Sebagai kesimpulan, Desa Tempurejo adalah sebuah desa yang takdirnya tertulis oleh aliran air. Kemakmuran dan kehidupannya sepenuhnya terikat pada Sungai Bogowonto dan Medono yang memeluknya. Ia adalah contoh sempurna bagaimana geografi dapat membentuk ekonomi, sosial, dan budaya sebuah komunitas. Masa depan Desa Tempurejo terletak pada kemampuannya untuk terus bersyukur dan mengelola berkah kesuburan yang dimilikinya, sambil terus waspada dan berinovasi dalam upaya mitigasi bencana untuk hidup harmonis dengan dua raksasa air yang menjadi sumber kehidupannya.